Rayjin Teppanyaki Dining Bar

Setelah beberapa kali hanya melintas di depannya saja akhirnya saya berkesempatan mengunjungi Rayjin Teppanyaki Dining Bar yang berlokasi di Jalan Petitenget, Kerobokan, Bali. Berdasarkan informasi yang tercantum di websitenya, Rayjin buka mulai jam 6 sore hingga jam 10 malam. Saya menyarankan agar sebelum mampir kemari ada baiknya mengontak terlebih dahulu via telfon untuk melakukan reservasi. 

Dari luar restoran ini sangatlah bersih, rapi, dan sederhana -yang berarti saya menyukainya. Di dalamnya hanya ada sekitar 20 kursi (kalau saya tidak salah) dan ditempatkan tepat di depan cooking-station. 90% diantaranya sudah terisi. Sangat menarik ketika kita menanti datangnya menu pesanan dengan menyaksikan para anggota Rayjin memasak dan menyiapkan makanan tepat di depan kita sambil sesekali berkomunikasi dengan rekannya dalam bahasa Jepang.

Minuman datang terlebih dahulu tapi tak lama kemudian makanan yang dipesan sudah siap juga. Ada tiga menu makanan yang kita pesan dan kesemuanya ringan tapi lezat! Mungkin kata yang tepat untuk mendespripsikannya adalah "efisien". Dan setelah dipikir-pikir, "efisien" bukan hanya tepat disematkan kepada rasa makanannya saja tapi juga Rayjin sendiri secara keseluruhan. 

Disamping daftar minuman yang standar, Rayjin juga menyediakan bir Jepang dingin dan sake yang bisa dipesan seharga Rp. 100.000 dengan takaran yang sudah ditentukan. Beragam minuman beralkohol asal Jepang juga tertata rapi di hadapan para tamu.

Rayjin Teppanyaki Dining BarRayjin Teppanyaki Dining BarRayjin Teppanyaki Dining BarRayjin Teppanyaki Dining BarRayjin Teppanyaki Dining BarRayjin Teppanyaki Dining BarRayjin Teppanyaki Dining Bar

Rayjin adalah restoran yang sangat mengesankan dari banyak aspek termasuk dari segi pelayanannya yang interaktif, atraktif, sekaligus personal. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Rayjin saya sempat melakukan wawancara singkat dengan Rajawali Suriadiredja yang merupakan salah satu anggota Rayjin Teppanyaki Dining Bar. Selamat mengikuti:

T: Boleh ceritakan sedikit tentang asal mula berdirinya Rayjin? Mengapa menggunakan konsep open kitchen?
J: Owner kami yang merupakan blasteran Jepang dan Indonesia telah belajar masakan Jepang di Jepang kurang lebih 5 tahun, yang kebetulan kategori masakan Jepang yang di pelajari beliau adalah teppanyaki. Beliau sangat menyukai konsep 'open kitchen', dimana seluruh anggota Rayjin bisa berinteraksi langsung dengan tamu, begitu juga para tamu bisa langsung menikmati suasana ramai dan hiruk pikuk sebuah dapur profesional. Konsep open kitchen ini sangat jarang di Bali, sehingga menambah optimis keputusan untuk membuka Rayjin di Bali. Seperti yang Anda telah saksikan para anggota tim Rayjin saling berkomunikasi dengan bahasa Jepang (tidak semua sih, haha). Beliau juga ingin orang-orang di Bali bisa merasakan suasana rumah makan Jepang di Bali.

T: Apakah kata "rayjin" punya makna tertentu?

Rayjin Mempunyai 3 makna:
  1. Yang artinya dewa petir
  2. Bila ditulis dengan kanji berbeda ”来” (rai) yang artinya dalam bahasa Jepang adalah "datang" dan "人” (jin) yang artinya "orang". Jika digabungkan maka artinya bisa juga "tempat datangnnya orang"
  3. Kenapa tidak "raijin" melainkan "rayjin"? "ray" berarti "cahaya" dan "jin" yang bisa juga berarti "dewa". Jadi arti keseluruhannya "cahaya dewa"
Orang jepang sangat mementingkan sebuah arti dalam pemberian nama. Mereka percaya bahwa sebuah arti dapat mempengaruhi hoki sebuah perusahaan.

T: Ternyata namanya punya makna yang bagus sekali ya, hahaha. Rayjin hanya buka selama 4 jam di malam hari dan punya kapasitas seating yang terbatas, apa yang diharapkan dan bagaimana cara memanage hal ini?

J: Rayjin yang merupakan teppanyaki dining bar, atau ramah disebut "izakaya" oleh orang Jepang. Yang artinya rumah makan yang dinikmati sambil minum sake atau minuman beralkohol lainya. Sehingga kami hanya ingin fokus di dinner saja. Tetapi ternyata kami juga banyak diminati oleh kalangan yang khusus datang untuk menikmati makanan kami, maka kami berencana untuk membuka lunch juga tahun ini. Rencana kami akan buka lunch sekitar bulan April-Mei 2014. Untuk lunch, konsep makanan kami akan berubah menjadi sejenis set menu (dalam satu main dish langsung diikutsertakan nasi, miso supsalad dan mungkin pilihan lain seperti macha ice cream)

Owner kami memang tidak begitu suka restoran besar. Beliau ingin melayani secara maksimal pada kesediaan tempat duduk yang terbatas, kenapa beliau juga menerapkan konsep open kitchen, agar semua staf  langsung bisa melihat para tamu dan dapat lebih leluasa dalam melayani tamu yang sedang makan didepan mereka. 

T: Saya sangat terkesan dengan ilustrasi dan tulisan yang dipakai di menu dan welcome card, apakah itu Anda kerjakan sendiri?
J: Ilustrasi dan tulisan yang kami buat tentu saja bukan hasil print komputer. Tim kami langsung menggambar dengan kuas jepang, owner kami pun ikut menuliskan welcome card bagi tamu yang telah melakukan reservasi, yang merupakan bentuk terimakasih kepada tamu yang telah datang ke tempat kami.

T: Pertanyaan terakhir, ada pesan untuk pembaca blog ini yang mungkin akan menjadi calon tamu Rayjin?
J: Rayjin adalah restoran teppanyaki unik bernuansa modern jepang minimalis, yang anda akan rasakan sendiri bila makan langsung di Rayjin.  See u soon!

Saya tanpa sengaja membaca profil Rajawali Suriadiredja di salah satu majalah kuliner lokal di Bali yang menyebutkan bahwa dia adalah lulusan Ecole de Cuisine et Nutrition Hattori, Tokyo, Jepang. Di artikel itu disebutkan bahwa Rajawali adalah Chef sekaligus proprietor (pemilik usaha), jadi sepertinya owner yang dia maksud dalam wawancara di atas adalah dirinya sendiri, hahaha.



Comments

Popular posts from this blog

Daging Biksu Tong

Mie Mapan, Rungkut, Surabaya