Orang-Orangan Sawah

Hari pertama di tahun 2014 saya isi dengan kegiatan yang cukup monoton yaitu menonton film di rumah. Ini disebabkan karena diluar hujan tak kunjung berhenti sampai saat artikel ini ditulis keesokan harinya. Ada empat film yang saya tonton dan kesemuanya adalah film dokumenter. Kebetulan dua diantaranya sangat berhubungan dengan makanan. Akan saya ceritakan sedikit agar siapa tahu kalian juga tertarik untuk melihatnya.

The Scarecrow (2013)

Film pertama adalah sebuah film animasi pendek yang hanya berdurasi tiga menitan. The Scarecrow merupakan gambaran singkat tentang bagaimana produk hasil ternak diproses di luar negeri (terutama Amerika Serikat). Padat dengan backsound sebuah lagu  memilukan yang masih saya cari tahu judulnya apa. Film ini ada di akun YouTube resmi Chipotle, sebuah restoran Mexico yang aktif melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran konsumen tentang penggunaan bahan kimia dan rekayasa genetika untuk meningkatkan produksi hewan ternak. The Scarecrow juga tersedia dalam versi video game yang bisa diunduh di Apple Store (saat ini baru tersedia untuk iOS saja). Di bawah ini saya embed The Scarecrow. Selamat menyaksikan.



Unser Täglich Brot (2005)

Lebih populer dengan judul bahasa Inggrisnya, Our Daily Bread, film dikerjakan oleh sutradara sekaligus sinematografer Austria yang terkenal dengan karya-karya film dokumenter bergambar bagus, Nikolaus Geyrhalter. Syuting seluruhnya dilakukan di aneka peternakan, tambak, perkebunan, dan rumah jagal sungguhan di benua Eropa. Di film ini kita bisa menyaksikan bagaimana hewan ternak diproses mulai dari telur dan orok hingga dibunuh secara rapi dan terorganisir. Juga bagaimana petani merawat perkebunannya dengan cara-cara yang mungkin belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Gambar yang dihasilkan sangat detil, luar biasa cantik dan sekaligus disturbing di beberapa scene. 

Secara umum film ini punya kemiripan topik dengan beberapa film dokumenter asal Amerika seperti Food Inc. (2008),  Earthlings (2005), dan Fast Food Nation (2006). Bedanya adalah di Our Daily Bread sama sekali tidak ada narasi dan wawancara/testimoni narasumber, jadi kita bebas dari informasi-informasi yang bisa mengganggu interpretasi terhadap si film. Beda yang kedua adalah kita jadi tahu (setidaknya secara umum) bahwa peternak Amerika lebih kejam dalam memproses dan mengeksekusi hewan ternaknya dibandingkan dengan orang Eropa yang melakukan semuanya tanpa ekspresi seperti robot. Peternakan dan perkebunan di Eropa juga tampak lebih bagus, klimis, efisien, dan mekanik. Betul-betul seperti mesin.

Ada beberapa aspek yang sangat mengganggu pikiran dari film-film di atas, antara lain soal metode pembunuhan hewan tanpa disembelih, proses perkawinan dan kelahiran hewan yang tidak alami, apa yang terjadi dengan limbah hewan ternak (jerohan dan bagian tubuh lain yang dianggap tidak layak makan di Eropa), kandang hewan yang sempit walaupun bersih, penggunaan pestisida untuk bunga dan tanaman hidroponik, dan masih banyak lagi.


Karena faktor ketertinggalan teknologi, peternakan dan perkebunan di Indonesia mungkin tidak semaju di luar negeri: tidak terlalu mesin, rekayasa genetika belum terlalu canggih, dan limbah organ tubuh hewan relatif sedikit (karena hampir semua organ tubuh hewan ternak bisa dimakan oleh orang Indonesia). Kita sebagai konsumen tidak bisa berbuat banyak kecuali membuat peternakan dan perkebunan sendiri atau ya menonton saja sembari tetap mengonsumsi daging gendut dan buah segar hasil rekayasa. Tapi setidaknya kita habiskan sajalah apa yang kita makan, jangan sampai bersisa di piring lalu dibuang karena para hewan, tanaman, air, dan tanah sudah banyak berkorban untuk kita: orang-orangan sawah.

Unser Täglich Brot - Our Daily Bread

Comments

Popular posts from this blog

Daging Biksu Tong

Mie Mapan, Rungkut, Surabaya

Rayjin Teppanyaki Dining Bar